Kancil dan
Siput
By: Ika Noviana; Isnaeni Pujaning Rahayu; Maya Adiani Wika
Pada suatu hari si kancil
nampak ngantuk sekali. Matanya serasa berat sekali untuk dibuka. “Aaa….rrrrgh”,
si kancil nampak sesekali menguap. Karena hari itu cukup cerah, si kancil
merasa rugi jika menyia-nyiakannya. Ia mulai berjalan-jalan menelusuri hutan untuk
mengusir rasa kantuknya. Sampai di atas sebuah bukit, si Kancil berteriak
dengan sombongnya, “Wahai penduduk hutan, akulah hewan yang paling cerdas,
cerdik dan pintar di hutan ini. Tidak ada yang bisa menandingi kecerdasan dan
kepintaranku”.
Sambil membusungkan
dadanya, si Kancil pun mulai berjalan menuruni bukit. Ketika sampai di sungai,
ia bertemu dengan seekor siput. “Hai kancil !”, sapa si siput. “Kenapa kamu
teriak-teriak? Apakah kamu sedang bergembira?”, tanya si siput. “Tidak, aku
hanya ingin memberitahukan pada semua penghuni hutan kalau aku ini hewan yang
paling cerdas, cerdik dan pintar”, jawab si kancil dengan sombongnya.
“Sombong sekali kamu Kancil,
akulah hewan yang paling cerdik di hutan ini”, kata si Siput. “Hahahaha…….,
mana mungkin” ledek Kancil. “Untuk membuktikannya, bagaimana kalau besok pagi
kita lomba lari?”, tantang si Siput. “Baiklah, aku terima tantanganmu”, jawab
si Kancil. Akhirnya mereka berdua setuju untuk mengadakan perlombaan lari besok
pagi.
Setelah si Kancil pergi, si siput segera mengumpulkan
teman-temannya. Ia meminta tolong agar teman-temannya berbaris dan bersembunyi
di jalur perlombaan, dan menjawab kalau si kancil memanggil.
Akhirnya hari
yang dinanti sudah tiba, kancil dan siput pun sudah siap untuk lomba lari.
“Apakah kau sudah siap untuk berlomba lari denganku”, tanya si kancil. “Tentu
saja sudah, dan aku pasti menang”, jawab si siput. Kemudian si siput
mempersilahkan kancil untuk berlari dahulu dan memanggilnya untuk memastikan
sudah sampai mana si siput.
Kancil berjalan
dengan santai, dan merasa yakin kalau dia akan menang. Setelah beberapa
langkah, si kancil mencoba untuk memanggil si siput. “Siput….sudah sampai mana
kamu?”, teriak si kancil. “Aku ada di depanmu!”, teriak si siput. Kancil
terheran-heran, dan segera mempercepat langkahnya. Kemudian ia memanggil si
siput lagi, dan si siput menjawab dengan kata yang sama.”Aku ada didepanmu!”
Akhirnya si kancil berlari, tetapi tiap ia panggil si siput, ia
selalu muncul dan berkata kalau dia ada depan kancil. Keringatnya bercucuran,
kakinya terasa lemas dan nafasnya tersengal-sengal.
Kancil berlari terus, sampai akhirnya dia melihat garis finish.
Wajah kancil sangat gembira sekali, karena waktu dia memanggil siput, sudah
tidak ada jawaban lagi. Kancil merasa bahwa dialah pemenang dari perlombaan
lari itu.
Betapa terkejutnya si kancil, karena dia melihat si siput sudah
duduk di batu dekat garis finish. “Hai kancil, kenapa kamu lama sekali? Aku
sudah sampai dari tadi!”, teriak si siput. Dengan menundukkan kepala, si kancil
menghampiri si siput dan mengakui kekalahannya. “Makanya jangan sombong, kamu
memang cerdik dan pandai, tetapi kamu bukanlah yang terpandai dan cerdik”, kata
si siput. “Iya, maafkan aku siput, aku tidak akan sombong lagi”, kata si
kancil.
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar